- SolopreneurStory
- Posts
- Eps 02: Belajar jadi Threads Creator Bareng Pak Iqbal
Eps 02: Belajar jadi Threads Creator Bareng Pak Iqbal
Untung Pak Iqbal gak menerima tawaran Gong Yoo.
Selamat datang di SolopreneurStory, newsletter mingguan yang mengupas perjalanan inspiratif para kreator Indonesia. Di sini, kita belajar bersama tentang membangun audiens, menciptakan karya, hingga strategi monetisasi.
Setiap pekan, kami hadirkan cerita baru untuk memotivasi dan memperluas wawasan Anda. Yuk, ikuti perjalanan mereka dan temukan insight berharga!
Now, let's talk deeply.
Bisakah Pak Iqbal ceritakan sedikit tentang latar belakang Pak Iqbal dan bagaimana hal itu membawa Pak Iqbal ke posisi saat ini?
Halo kawan solopreneur, saya Iqbal.
Boleh dipanggil bapak, mas, abang, atau apapun sematan lain buat laki-laki. Engga bakal bikin konten ngeluhin panggilan kok š
Salam kenal semua š Saya bapak rumah tangga dengan latar belakang profesional yang cukup berwarna. Walaupun sering memperkenalkan diri sebagai penulis, karir awal saya dimulai sebagai desainer, tepatnya layouter.
Salah satu proyek desain terbesar saya adalah sewaktu ngerjain material promosi Permata Bank di tahun 2021. Btw, saya masih desain sampai hari ini.
Dari sisi karir, cerita saya cenderung naik-turun. Pekerjaan pertama saya mengajar bimbel sebagai guru Matematika (2011). Di posisi ini saya bahkan belum resmi dapet ijazah SMA. Ada-ada aja emang kelakuannya š
Saya kuliah desain grafis sekaligus usaha dropship kaus tematik dan tetap ngajar. Tahun 2014, saya baru mulai karir sejalan bidang kuliah. Saya mulai kerja di satu agensi kreatif di Bogor.
Selesai kontrak di 2018, saya pilih resign, ambil proyek sebagai freelancer, dan mulai buka agensi mandiri. Oh ya, di tahun yang sama, saya nikah dan masuk masa pra-bapak-bapak.
Selama periode freelance dan bisnis ini, saya handle beberapa kerjaan, termasuk Permata Bank tadi. Sayangnya, inisiatif usaha ini kurang berjalan lancar, khususnya dari sisi manajemen, traffic, dan efek pandemi.
Jadi, di tahun 2022 saya kembali bekerja full-time sebagai Growth Specialist di startup teknologi di Yogyakarta. Sekarang saya remote working sebagai penulis konten di salah satu media mainstream lokal.
Di luar full-time job, saya dan istri bangun ekosistem kelas daring kolonee.id untuk belajar nulis konten mulai 2021 lalu. Target kelasnya penulis baru, fresh graduate, dan orang-orang yang mau career switch ke bidang penulisan.
Saya bertugas mengajar. Sementara istri handle operasional dan marketing. Secara teknis, owner kolonee.id sebenernya bu Alisa. Saya mah cuma pengajar š
Di 2024, saya merasa perlu me-reset asumsi publik tentang profesi. Khususnya karena banyak peserta kolonee.id yang nanya profil digital saya. Tapi justru ketemu profil saya sebagai desainer. Jadi saya buat akun @bapack2_kreator buat share identitas profesi yang lebih relevan.
Walaupun belakangan banyak disusupi jokes bapack2.
Kalau dirangkum, karir saya hari ini adalah kolase eksperimen, rasa penasaran, modal nekat, dan kombinasi keputusan-keputusan kecil. Walaupun tetap di industri kreatif, tapi karir saya engga berprogres ke satu arah.
Secara pribadi, saya engga jauh beda dari kebanyakan. Kayak mayoritas milenial, orang tua saya cenderung keras. Keluarga saya juga bagian program transmigrasi yang pernah mampir beberapa tahun ke Aceh dan Kalimantan.
Lucunya, saya kembali ke Pulau Jawa tahun 2000-an di usia SD dengan kondisi engga bisa berbahasa Indonesia. Tapi sekarang malah kerja jadi penulis yang hariannya ngubek-ngubek KBBI. Emang takdir kadang selucu itu.
Jadi lebih tepatnya Couplepreneur ya Pak hihi.
Berapa jam Pak Iqbal kerja sehari? Bagaimana biasanya Pak Iqbal memulai hari sebagai seorang kreator? Bagaimana Pak Iqbal menghabiskan hari dalam seminggu?
Bahasan soal jam kerja saya sebetulnya bukan contoh ideal š®āšØ
Selama tiga tahun terakhir, saya kerja 80-90 jam per pekan atau 11-13 jam per hari kalau dibagi rata sampai weekend. Tapi supaya bisa dicerna, saya buka konteks ya.
Singkatnya saya secara sadar mencelupkan diri ke lingkaran pinjaman modal di 2019-2022 ketika mulai usaha. Keluar masa pandemi, bisnisnya udah terlalu sulit diselamatkan dengan sisa utang sekitar 95 juta. Ini udah melalui banyak pembayaran, tapi masih segitu nominal tertanggung ketika tutup tahun 2022.
Lewat prosedur dan negosiasi ini-itu, saya dapat kesepakatan pelunasan bertahap. Suka ataupun engga, utang ya tetep utang. Solusinya ya bayar.
Masuk 2025, alhamdulillah total 60% nominal tadi terpenuhi. Jadi, salah satu target saya di 2025 ini adalah menyelesaikan perkara yang sama.
Untung aja di momen-momen ini saya engga ketemu Gong Yoo yang nawarin buat jadi peserta Squid Game š
Rentang kerja saya di 03.00-23.00 WIB, kecuali Minggu. Supaya tetep rasional, saya jeda beberapa kali, khususnya di Subuh dan Ashar yang biasanya agak panjang buat bergulat sama anak-anak.
Situasi belakangan bikin saya dan istri banyak kehilangan waktu ideal sama anak-anak. Porsi kecil di antara waktu salat jadi sesuatu yang paling mungkin. Ada satu obrolan sama istri yang akhirnya melahirkan kesimpulan begini ā¬
āSemisal ditunggu selesai, bakal terus ada urusan baru. Engga bakal ada waktu ideal kalau engga sengaja dibuat.ā
Dengan beberapa jobdesc di satu kepala, mayoritas pekerjaan dini hari diawali pre-planning. Sementara waktu pagi-siang saya pakai buat kerjaan utama. Setelahnya, mayoritas waktu dioptimasi buat proyek lain.
Walau panjang dan cukup melelahkan, tapi ini solusi masuk akalnya.
Semoga urusan Pak Iqbal ini cepat selesai. Saya jadi paham kenapa Squide Game ini berkesan buat Pak Iqbal. Saya juga jadi teringat salah satu konsep āInverseā. Bukan karena motivasi, tapi Pak Iqbal bergerak sat-set karna ingin menyelesaian masalah yang Pak Iqbal hadapi ya.
Setelah lama jadi kreator, apa yang Pak Iqbal sadari tentang Personal Branding dan Niche?
Personal branding = proses bangun persepsi dan mendapatkan otoritas.
Proses ini bukan soal jumlah followers, endorsement, atau konten viral. Dampak dasarnya ada di otoritas pelaku atas sebuah topik. Sederhananya, otoritas adalah pemakluman dan kewajaran beroperasi di topik terkait.
Saya dianggap wajar mengeluarkan jokes bapak-bapak. Sementara candaan yang sama bisa dinilai ofensif kalau dibuat kreator lain. Tapi, saya juga pastinya dipertanyakan kalau tiba-tiba jualan musang.
Di relasi yang terbatas, kita lebih sering mencerna identitas sederhana kayak profesi, hobi, keahlian, atau sejenisnya. Makanya, strategi niche jadi sesuatu yang relevan buat perkenalan.
Ketika satu persepsi udah cukup kuat, perlahan kita bisa melebarkan pemahaman identitas ke sektor baru.
Ketika berbicara Threads, orang-orang akan ingat Pak Iqbal. Apakah Pak Iqbal menyadari hal ini? Bagaimana cerita akhirnya Pak Iqbal menjadi pakar Threads?
Sadar banget. Personal branding emang seharusnya proses yang punya ekspektasi. Di kasus saya, ekspektasinya adalah diasosiasikan sama ekosistem dan algoritma Threads.
Awalnya, saya buat akun untuk personal branding sebagai bapak-bapak yang suka nulis. Jadi, saya rasa perlu buka lagi dua kelas yang pernah dibeli.
Akademi Kreator dari Bang Ogut;
Kelas Instagram Organik dari Niko Julius.
Saya sempat menyimak dua kelas ini sebelumnya. Tapi merasa perlu buka lagi buat refresh memori. Di prosesnya, saya justru notice sesuatu di luar materi course. Sesuatu yang dasar, fundamental, tapi saya dan banyak orang lupa.
Mereka sama-sama menancapkan otoritas atas niche dari nol.
Niko Julius bahas Instagram organik sedari awal ketika followers-nya masih ribuan. Inisiatifnya bukan datang dari penilaian orang.
Bang Ogut juga melakukan hal yang sama di topik personal branding. Ia bukan bicara tentang personal branding, karena personal branding-nya bagus. Tapi karena dia mulai bicara, personal branding-nya menguat.
Mereka lebih dulu menanamkan otoritas atas diri sendiri dan seolah bilang ā¬
āThis is my domain, the hell with your words!ā
Setelahnya, mereka seolah punya kontrol penuh dan engga ragu klaim otoritasnya. Tapi ini jangan dipahami sebagai premis buta. Kita tetap perlu belajar dan tahu diri tentang kapasitas atas otoritas yang mau diklaim.
Dari sana, saya melihat lagi ke diri sendiri. Kerjaan saya nulis, Threads basisnya tulisan. Then, why not?
Saya sering mencoba membela diri bahwa profesi saya bukanlah sekedar āngontenā seperti yang di underestimate kan orang. Tapi saya melihat kreator sebagai ekosistem bisnis. Bagaimana pandangan Pak Iqbal tentang hal ini?
Kreator secara definitif ya āpembuatā. Engga berbeda dengan pengrajin, desainer, ataupun chef. Pembedanya cuma bidang dan visi.
Betul kalau seorang kreator itu āngontenā. Engga salah juga kalau mau melebarkan visi dan membangun ekosistem sebagai sesuatu yang lebih luas.
Batasnya, kita sendiri yang tentukan.
Menurut Pak Iqbal, apa yang membuat Threads berbeda dengan platform lainnya?
Dari banyak hal, saya engga melihat Threads sebagai ekosistem media sosial yang terlalu berbeda. Cara kerja ataupun konsep pertumbuhannya sama aja. Tapi ada hal signifikan yang menurut saya mengubah standar permainannya.
Ya, apa lagi kalau bukan efisiensi produksi kontennya?
Saya berangkat dari bidang desain dan di satu fase kerja pernah dipaksa belajar produksi video, editing, dan banyak hal teknis lain. Dari semua format konten di media sosial, fase kerjanya selalu sama.
Semuanya dimulai dengan menulis.
Artikel tentu ditulis;
Desain perlu copywriting jauh sebelum layout dikerjakan;
Produksi video perlu naskah supaya kerjanya terarah.
Threads memungkinkan kita untuk mikir, nulis, pos, dan selesai. Udah, gitu aja!
Kita bisa bahas Threads sebagai media sosial dengan efisiensi algoritma, personalisasi konten, dan preferensinya buat memicu interaksi pengguna. Tapi, hal-hal ini engga terlalu berguna kalau kita masih beralasan susah atau bingung, padahal hal yang dibutuhin cukup nulis 5-50 kata.
Tulisan begini aja udah bisa jadi satu konten di Threads ā¬
1. Tadi pagi saya ketemu kelomang kayang. š¦
2. Antrean Commuter Line hari ini mbludak banget. Tapi situasi kereta sekarang udah jauh dari masa-masa penumpang banyak naik di atas gerbong.
Ada yang pernah lewatin masa-masa bar-barnya?
3. Ada asumsi kalau perusahaan yang membahasakan diri sebagai keluarga cenderung problematik dan engga punya batasan profesional.
Pantes aja sebutannya Adobe Family ya š¤
*jokes internal desainer
See? Sederhana, kan?
Ya, engga semua orang kerja sebagai penulis dan kapasitasnya beda-beda. Tapi poin utamanya adalah tentang Threads yang bener-bener cuma butuh tulisan untuk bisa menyampaikan argumen.
Tanpa Canva, Photoshop, apalagi After Effects. Nulis aja, cukup!
Ibarat olahraga, YouTube minta kita jungkir balik ala atlet capoeira. Sementara Threads cuma minta kita lari kecil ala bapak senam jantung sehat.
Salah satu produk terkenal Pak Iqbal adalah Threads Hack. Pak Iqbal sepertinya banyak menghabiskan waktu riset dan mendalami Threads. Bagaimana Pak Iqbal melakukan riset platform ini?
Algoritma engga mungkin dibuka begitu aja sama platform. Kita cuma bisa dapat informasi soal konsep umum, termasuk di Threads.
Baca Threads Hack engga bikin kreator auto sukses bikin konten. Tapi minimal paham pola umum dan aturan dasarnya.
Sumber daya yang saya pakai buat Threads Hack ada tiga.
Rilis resmi dari Meta dan Threads;
Data performa konten saya;
Data performa konten orang lain.
Informasi resmi saya dapat dari web Meta dan akun @Threads. Sementara data praktikal saya dapat dengan scrape konten pribadi setiap bulan.
Buat lengkapi data, saya ambil dari agenda kelas NULIS THREADS 14 HARI yang jalan secara reguler. Data ini diambil sesuai persetujuan peserta, jadi bukan data asal scrape tanpa izin (walaupun bisa aja kalau mau).
Saya sering lihat Pak Iqbal buat meet, sepertinya setiap minggu. Saya sering menganalogikan meet seperti ini dengan istilah āturun gunungā atau āblusukanā bertemu secara langsung dengan Audience. Apa insight yang Pak Iqbal dapatkan dari hasil āblusukanā tersebut?
Iya, saya buat meet per pekan. Pekan genap untuk agenda kolonee.id dan pekan ganjil untuk topik akun @bapack2_kreator.

Ada cukup banyak insight yang saya dapat dari beberapa diskusi, khususnya satu bulan terakhir.
Segmen audiens Threads itu luas banget. Kita bisa ketemu ibu rumah tangga, pencari kerja, sampai C-Level top startup.
Lowongan kerja di Threads itu banyak banget. Cukup bisa dipercaya, selagi paham cara membedakan yang scam ya š
Jalur project deal di Threads masih terasa aman dan pendek. Saya pribadi sudah dapat enam project SMM tanpa sengaja cari job.
Ya harus punya portofolio, tapi prosesnya cenderung lebih mudah.
Jika ada kawan-kawan yang ingin mengadakan meet up seperti pak Iqbal lakukan, apa yang perlu mereka persiapkan? Lebih detailnya. Apa yang perlu dipersiapkan sebelum, saat meetup berlangsung, dan sesudah meet up selesai.
Sebelum meet berjalan tentu perlu konteks, tujuan, dan persiapan teknis. Penawaran asal ngumpul tanpa tema seringnya berakhir zonk. Elemen teknis biasanya ada di sekitar pengumpulan peserta, aplikasi, durasi, dan jadwal.
Cukup banyak area yang belum saya kuasai soal mengelola diskusi lisan. Ini juga alasan saya rutin buat live meet. Ketika selesai, biasanya saya catat evaluasi pribadi, tim, dan rekap diskusi untuk dikirim ke peserta.
Sekarang saya tertarik bahas tentang kepenulisan. Apa teknik menulis yang Pak Iqbal sukai? Bagaimana Pak Iqbal menemukan ide yang menarik untuk konten? Saya sendiri sering mendapatkan inspirasi ide dari bacaan, khususnya buku. Apakah Pak Iqbal punya pendekatan ngonten di media sosial? Sebagai contoh saya suka pendekatan BuildInPublic.
Saya biasa menggabungkan pendekatan free writing dan design thinking.

gunakan kata kunci ini untuk mengeksplore teknik lainnya.
Free writing adalah pendekatan menulis yang spontan, apa adanya, dan engga terlalu direpotkan sama teori. Aktivitas nulisnya dilakukan begitu ketemu sesuatu, kepikiran satu inspirasi, atau mengingat pengalaman.
Cukup lihat benda dan hal-hal di sekitar ā¬
Kejadian beberapa menit lalu;
Lagu yang pagi ini saya dengarkan;
Obrolan sama driver ojol tadi pagi.
Tulis dulu kronologi dan gambaran situasinya! Perlahan akan muncul aspek-aspek yang terasa bisa digali lebih dalam.
Sementara esensi design thinking adalah pengembangan produk berdasarkan orientasi pengguna. Di konteks penulisan, user-nya ya pembaca. Dari banyak topik yang muncul di proses free writing, pilih sesuatu yang berpeluang jadi masalah atau keresahan orang lain.
Misal, akhir Desember kemarin saya baru selesai nonton Squid Game 2. Dari banyak elemen yang bisa ditulis, keresahan terbanyak adalah soal karakter utama yang kelakuannya nyebelin. Saya tulis aja opini soal karakter yang menurut banyak orang nyebelin.
Dari proses nulis 10 menitan, ada 140rb impresi yang saya dapat.

Btw Pak Iqbal, konten Pak Iqbal tentang Squide Game ini membuat saya FOMO. Saya ingat, ketika ketemu konten Pak Iqbal saya juga buat konten lucu-lucuan. Dan boom! cukup rame malam itu. Saya dapat beberapa penjualan wkwk. Saya mengubah tokoh squide game menjadi wajah saya sendiri, disini saya menangkap satu pelajaranā issue viral harus di produksi ulang dengan cara berbeda.

Apakah Pak Iqbal juga memiliki sistem produksi ngonten? Bagaimana sistemnya?
Sebagai implikasi dari pendekatan free writing, saya lebih nyaman dengan produksi konten spontan. Jadi, content calendar itu cuma mitos š
Satu-satunya yang bisa dijadwalkan cuma jokes bapack2.
Di bidang kreatif, saya terbiasa dengan pemecahan tiga bagian kerja.

Praproduksi biasanya berlangsung sepekan sekali untuk dapat topik besar. Sesekali ada sisipan di dini hari buat temuan baru. Sementara penulisannya cenderung spontan di hari rilis. Material praproduksinya jadi pedoman supaya proses nulis engga terlalu ngelantur.
Mekanisme ini memisahkan proses persiapan, penulisan, dan evaluasi. Setiap proses ini punya cara berpikir berbeda. Maksa melakukan tiga hal sekaligus di satu waktu biasanya bakal bikin cepet burnout.
Proses yang engga dipisah akan buat kita nulis-hapus-nulis-hapus. Kalau masih begini, biasanya jarak 3-4 hari sekali pun udah kena writers block.
Apakah Pak Iqbal menggunakan ChatGPT? Bagaimana Pak Iqbal menggunakan ChatGPT dalam sehari-hari, apa prompt favorit Pak Iqbal?

Saya lebih banyak memanfaatkan Gemini AI. Mayoritas pemanfaatannya untuk persiapan produk digital dan bantu produksi artikel di pekerjaan utama.
Fitur yang menurut saya paling bermanfaat adalah Gem Manager. Saat ini, Gemini AI udah di-training supaya bisa meniru nyaris 90% gaya tulisan saya.
Jadi, cukup masukkan data dan arah tulisan, Gemini AI udah bisa nulis konten seolah saya adalah penulisnya. Tetap ada proses evaluasi, tapi biasanya proses rewrite ini engga terlalu lama.
Di akun @bapack2_kreator, kontribusi AI di konten saya masih cukup kecil. Mayoritas konten saya tulis langsung tanpa AI. Sebagai pelengkap konteks, di September 2024, saya udah rilis 4090 konten di Threads š
Apa saja tool yang Pak Iqbal gunakan dalam menjalankan solopreneur?

Notion
Gemini AI
Canva
Google Workspace
TLDRAW
Beehiiv
WhatsApp
Ini mungkin pertanyaan yang sama dengan eps sebelumnya dan agak panjang. Tapi kami tetap penasaran bagaimana Pak Iqbal mengembangkan produk digital. Bagaimana mencari ide profitable, membangun, dan strategi launching, dan bagaimana agar produk terus repeat order? Selama menjadi kreator, apa momen āAHAā Pak Iqbal yang membuat segalanya berubah? Saran apa yang ingin Pak Iqbal berikan kepada teman-teman yang baru memulai perjalanan sebagai kreator atau solopreneur?
Kenalan sama diri sendiri! Bener-bener kenal sama diri sendiri. Bukan cuma identifikasi pekerjaan, hobi, atau latar belakang pendidikan! Mengenal diri sendiri engga sesederhana itu.
Letās talk about trauma!
Ada dua hal dasar yang banyak menggerakan kita sebagai manusia ā¬
Harapan atas rasa aman;
Rasa takut.
Dua emosi ini melindungi manusia dari sesuatu yang dianggap sebagai ancaman ābaca soal id, ego, dan superego untuk referensi lanjutan.
Ironinya, trauma eksis justru karena kita sudah pernah berhadapan sama sumbernya dan engga mati. Ya, kalau mati, kamu engga baca tulisan ini dong.
Naturalnya, kita menerima rasa sakit dan merekamnya sebagai ancaman. Itulah trauma, semacam alarm psikologis akan sesuatu yang dianggap mengancam keamanan diri.
Seorang yang pernah mengalami kecelakaan di jalan berpotensi punya trauma tentang hal itu. Cara ini adalah mekanisme buat menghindarkan diri dari hal yang dianggap berpotensi mengancam.
Sayangnya, trauma yang berfungsi sebagai alarm keamanan justru bisa jadi penghambat perkembangan kalau kondisinya berlebihan. Ibarat alarm kebakaran yang bunyi tanpa sebab setiap 10 menit.
Bukannya aman, malah ganggu.
Setiap orang punya trauma. Engga ada manusia hidup yang engga punya salah, gagal, atau kecewa. Ini hal-hal yang saya rasa penting buat jadi catatan.
Pertama, dengan kamu masih baca tulisan ini, berarti sumber traumanya engga menyebabkan kematian. Begini kata Kelly Clarkson ā¬
āWhat doesnāt kill you, makes you stronger!
Saya pernah berbisnis dan gagal. Ada masa-masa tidak terlalu ideal menanggulangi dampaknya, tapi saya masih hidup.
Kedua, kabur dan lari ketika alarm ancaman berbunyi itu respon yang wajar. Tapi, cara ini cuma bagian dari insting jangka pendek. Sesekali kita perlu pergi ke ruang kontrol dan memastikan alarm ada di pengaturan yang pas.
Proyek bisnis saya sebelumnya emang gagal. Berhenti sebentar dari bisnis dan kembali cari kerja yang lebih stabil itu langkah masuk akal. Tapi bisnis atau proyek mandiri sedari awal bukan sumber masalahnya.
Di bisnis sebelumnya, masalah terbesar saya adalah konsistensi traffic. Gagalnya adalah trauma, tapi harusnya ini bikin saya lebih hati-hati kalau mau mulai lagi. Bukan justru menutup opsi berbisnis selamanya.
Gagal itu cuma dampak. Masalahnya ada jauh sebelum kegagalan.
Penawaran sebaik apapun engga berguna tanpa traffic. Bisnis tanpa traffic engga akan bisa menghasilkan transaksi. Dampaknya, bisnis cuma bakal nunggu tumbang, bahkan tanpa kompetisi.
Ternyata, masalah ini juga ada di banyak orang.
Bikin konten, tapi engga ada yang baca.
Buat produk digital, tapi cuma dapat 12 viewers.
Iklan berbayar belum jadi opsi terjangkau.
Bagi saya, mengatasi pain ini penting, begitu juga buat pelaku bisnis dan kreator lain. Jadi, kalau saya bisa ketemu solusinya, kemungkinan proyeknya bisa berhasil.
Ketiga, trauma bukan satu-satunya mekanisme diri yang berhubungan sama ancaman. Jangan membatasi diri!
Beberapa sumber ancaman justru adalah bagian siklus yang akan tetap ada di tempat semula. Kayak musim dingin buat beruang, badai dan suhu ekstrem akan tetap di sana secepat apapun beruangnya kabur.
Solusinya ternyata cukup makan banyak dan tidur agak lama.
Solusi traffic buat bisnis dan proyek lain itu banyak banget. Tapi, kalau mau melirik lagi ke dalam diri, saya justru dapat instrumen yang mudah, murah, dan udah tersedia, ya skill nulis.
Di titik ini, saya sudah menemukan solusi untuk masalah saya sendiri.
Keempat, mungkin sekarang kita berada dalam proses menjinakkan ancaman atau malah udah berhasil mengatur ulang alarm ke kondisi ideal. Nah, faktanya, ada banyak orang di luar yang masih kesusahan dengan hal serupa.
Rasa takut, cemas, dan kondisi aman efektif menggerakkan manusia.
Tawarkan solusi, cerita, dan metode mengelola trauma, maka orang-orang yang relevan bakal bersedia membayar berapapun harga yang diminta.
Saya mendokumentasikan cara menulis, memahami ekosistem Threads, dan mendapatkan traffic dari aktivitas menulis āsebuah sumber masalah yang jadi penyebab kegagalan di proyek saya sebelumnya.
Your story, journey, and method will be a great product.
Your pain will be your profit blueprint.
Sepertinya Pak Iqbal juga belum ekspansi ke paid traffic. Apakah Pak Iqbal melihat ada kelemahan di metode Paid Traffic?
Saat ini saya baru menerapkan paid traffic buat kolonee.id. Berhubung produk dan layanannya lebih umum di sana.
Sementara mayoritas produk digital pribadi saya bicara tentang Threads. Threads pun belum punya fitur iklan berbayar. Jadi, buat saat ini belum ada momen kunci yang bikin saya beriklan produk digital pribadi.
Mungkin hal ini termasuk mental block, tapi buat saya, masih terasa lucu aja semisal iklanin strategi konten Threads di platform lain.
Kayak jualan semangka di toko kue š
Selama jadi kreator, apa tantangan tersulit Pak Iqbal rasakan dan bagaimana Pak Iqbal akhirnya berhasil melewatinya?
Seperti kebanyakan proyek mandiri, tantangannya adalah ketidakpastian. Ketika mulai akun @bapack2_kreator, engga ada pihak yang menjamin profit.
Khususnya bagi saya yang punya ābonus tekananā, hal ini jelas menantang. Kerja ekstra di proyek yang belum jelas bisa jadi masalah besar kalau dibiarkan terlalu lama.
Jalan masuk akal yang mungkin saya munculkan adalah menginisiasi transaksi secepat mungkin, termasuk kalau nilainya kecil. Gagasannya sederhana ā¬
āKalau belum bisa profit, minimal jangan defisit (lagi).ā
Saya berbelok dari agenda personal branding sekitar Juli 2024. Awalnya, saya mengaitkan akun Threads dengan produk kolonee.id. Tambahan traffic dari Threads terbukti bawa beberapa akuisisi peserta baru kolonee.id.
Tapi seolah ada ketergantungan ke kolonee.id untuk menciptakan transaksi. Di konteks tertentu, akun @bapack2_kreator jadi terlihat masih nihil omzetnya.
Kemudia saya mulai memposisikan akun @bapack2_kreator sebagai entitas terpisah yang tidak dikaitkan dengan kolonee.id. Jadi, saya mulai membangun otoritas mandiri atas akun @bapack2_kreator dan ekosistem Threads.
Topiknya masih tentang penulisan, tapi Threads jadi landskap yang dipandang terpisah. Threads berbeda dari SEO Google, Instagram, dan platform lain. Dari sini, saya mulai bisa buat beberapa produk yang benar-benar berdiri sendiri.
Jika Pak Iqbal bisa kembali ke awal, apakah ada hal yang akan Pak Iqbal lakukan secara berbeda?

Daripada melihat pasar dengan kacamata yang terlalu rumit, saya bakal fokus menyelesaikan masalah sendiri dan lakuin hal sesuai harapan atau visi diri.
Nulis tentang pandangan diri sendiri;
Bikin produk yang saya harap eksis dan berguna;
Buat komunitas yang menurut saya idealnya ada di sekitar.
Setiap orang emang unik, tapi kebutuhan dan kemauannya cenderung sama dan berulang. Selama bisa mendefinisikannya, itu udah cukup!
Pasti ada orang lain di luar sana yang mau hal serupa. Ini juga bikin produk berbasis solusi sebagai sesuatu yang pasti diinginkan.
Apakah ada pola pikir atau pendekatan tertentu yang menurut Pak Iqbal penting untuk keberhasilan seorang kreator?
Banyak hal bisa dimulai lebih baik kalau udah mengenal diri sendiri. Termasuk berdamai dengan hal-hal yang jadi kekurangan dan keterbatasan.
Setiap manusia itu istimewa, termasuk saya dan kamu yang lagi baca.
But, weāre just human beings.
Kita berhadapan sama masalah dan tergerak dari motivasi yang cenderung mirip. Elemen dan perbedaan teknis bikin kita merasa unik sekaligus berharga.
We are special and just mere humans at the same time.
Memahami diri sendiri bisa jadi cara buat lebih memahami orang lain. Berempati atas kondisi orang lain juga jadi cari kita memahami diri sendiri sebagai bagian dari grand design manusia yang lebih besar.
Apakah Pak Iqbal punya teknik berpikir kreatif yang sering Pak Iqbal gunakan?

Deduksi punya porsi besar dalam banyak pengembangan produk, keputusan, ataupun konten sehari-hari. Di banyak temuan, menjadi observer, spesifik, dan terbatas itu cukup strategis.
Bahasan gelombang PHK itu menarik. Tapi sesekali perhatikan dan bicara juga dari kacamata fresh graduate yang harus berhadapan dengan stigma Gen-Z. Beri empati juga pada kalangan >40 tahun yang lebih sulit dapat kepercayaan.
Donāt just create a big talk, be specific and empathetic.
Menjadi kreatif bukan berarti selalu berpikir "out of the box" tanpa arah, tetapi sering kali soal bagaimana memanfaatkan pengamatan, fokus pada detail, dan bekerja dalam batasan untuk menghasilkan solusi yang efektif dan relevan.
Terakhir, apakah Pak Iqbal punya kisi-kisi kepada pembaca hal besar yang ingin Pak Iqbal lakukan di tahun 2025?
Secara pribadi, saya masih proses menuntaskan beberapa dampak proyek bisnis sebelumnya. Semoga tahun ini bisa jadi periode penutup yang baik. Terima kasih kawan yang sudah berkenan mendukung dan mendoakan š¤²
Di ekosistem Threads, saya masih akan lanjut di area penulisan dan algoritma. Saat ini ada beberapa produk yang berhubungan dengan Threads. Semoga bisa juga rilis produk lain sebagai sumber daya perkembangan yang positif.
Buat para pembaca SolopreneurStory, jika merasa konten ini insighfull boleh dong dukung para kreator kita untuk terus berkarya dengan cara mensupport mereka.
Resources rekomendasi Pak Iqbal:
Medium - https://medium.com/@pack-iqbal
BeeHiiv - https://threads2profit.beehiiv.com/
Referensi Hook Konten - https://clicky.id/kolonee-indonesia/template-hook-konten
Rekomendasi buku:
How to Win Friends and Influence People (Dale Carnegie)
Startupreneur Series (Hendry E Ramdhan)
The Lean Startup (Eric Reis)
The Prophet (Khalil Gibran)
Produk Pak Iqbal:
Contact:
Threads - https://www.threads.net/@bapack2_kreator
Instagram - https://www.instagram.com/bapack2_kreator/
WhatsApp Group - https://chat.whatsapp.com/KUhEGkMUAKsKsaJU4Q5kuO