- SolopreneurStory
- Posts
- Eps 01: Belajar dari Kak Dwik - Menyeimbangkan Peran Ibu, Kreator, dan Solopreneur di Era Digital
Eps 01: Belajar dari Kak Dwik - Menyeimbangkan Peran Ibu, Kreator, dan Solopreneur di Era Digital
Membangun Personal Branding, Menghadapi Tantangan Konten, dan Rahasia Mengelola Waktu sebagai Mompreneur yang Kreatif dan Autentik
Selamat datang di SolopreneurStory, newsletter mingguan yang mengupas perjalanan inspiratif para kreator Indonesia. Di sini, kita belajar bersama tentang membangun audiens, menciptakan karya, hingga strategi monetisasi.
Setiap pekan, kami hadirkan cerita baru untuk memotivasi dan memperluas wawasan Anda. Yuk, ikuti perjalanan mereka dan temukan insight berharga!
Now, let's talk deeply.

Bisakah Kakak menceritakan sedikit tentang latar belakang Kakak dan bagaimana hal itu membawa Kakak ke posisi saat ini? Berapa jam kakak kerja sehari? Bagaimana biasanya Kakak memulai hari sebagai seorang kreator?
Salam kenal, aku Amik Dwiokta.
Aku seorang full-time ibu rumah tangga (IRT) yang sebelumnya memiliki beragam pengalaman profesional, mulai dari menjadi Personal Assistant, Sales Marketing, Project Manager, hingga entrepreneur. Aku pernah bekerja di brand sepatu Niluh Djelantik dan juga membangun usaha kecilku sendiri, Medusha.id.
Setelah menikah dan memiliki anak, aku mulai fokus menciptakan konten di akun pribadiku. Awalnya, niatku hanya untuk mengisi waktu karena rencananya aku akan kembali berkarir. Namun, kondisi saat itu menuntutku untuk tetap di rumah mendampingi anakku, Boemi, tumbuh bersama.
Sebagai seseorang yang suka bercerita dan berbagi, aku menemukan bahwa membuat konten adalah cara yang seru untuk berbagi pengalaman dan berinteraksi dengan teman-teman baru. Banyak dari mereka yang bertanya atau meminta tips, dan aku menjawabnya lewat konten. Ternyata, aktivitas ini membuka peluang baru bagiku untuk mendalami dunia produk digital dan making money online.
Sebagai seorang IRT, waktuku sangat berharga. Untuk itu, aku mengandalkan to-do list dan jadwal harian yang aku sebut sebagai Content System. Dalam sehari, aku meluangkan 2-3 jam bekerja di depan laptop untuk menyelesaikan pekerjaan utama, seperti membalas email kelas, follow-up, membuat materi, dan sebagainya. Sedangkan aktivitas media sosial seperti berinteraksi atau merespon pesan sering aku lakukan sambil menyelesaikan pekerjaan rumah.
Aku juga menggunakan timer untuk mengatur waktu, agar tidak terjebak scrolling atau chatting terlalu lama. Untuk pembuatan konten, aku menjadwalkannya dan membuat planner agar tidak perlu mengambil dan mengedit video setiap hari.
Hari-hariku selalu dimulai dan diakhiri dengan journaling. Pagi hari aku fokus pada gratitude dan menyusun to-do list, sedangkan malam hari aku menuliskan satu kalimat yang merangkum hariku—ini terinspirasi dari kebiasaan Raditya Dika.
Setup kerjaku cukup sederhana, tapi membuatku tetap fokus. Aku biasanya membuka laptop di meja yang menghadap ke jendela, sehingga suasananya terasa segar dan mencegah rasa kantuk. Waktu terbaikku adalah ketika anak tidur atau sedang bersama suami, saat itulah aku memanfaatkan 2-3 jam dengan optimal.
Apa yang menginspirasi Kakak untuk memulai perjalanan sebagai solopreneur?
Mungkin bukan terinspirasi ya, karena aku baru mengenal istilah solopreneur namun ternyata sudah menjalaninya dari 2018. Dalam membangun brandku medusha, aku menerapkan solopreneur juga sehingga bisa dikerjakan sembari kerja. Untuk memulai solopreneur di bidang digital ini sebagai content creator inspirasiku adalah teman-teman creator yang sudah lebih dulu memulai.
Menurut saya, mencari niche itu cukup sulit. Apakah Kakak juga merasakan hal yang sama? Bagaimana Kakak menemukan niche yang sesuai?

Benar, awalnya aku tidak terlalu peduli dengan istilah-istilah seperti niche, pillar, premis aku hanya merasa bingung diawal tentang apa yang harus aku share, bermanfaatkah atau tidak, sampai akhirnya aku post satu hal yang aku suka yaitu ngulik tentang ngonten.
Apakah Kakak menghadapi tantangan atau kendala pada tahap awal, seperti rasa takut terhadap komentar yang tidak menyenangkan? Bagaimana cara Kakak mengatasinya?
Tentu saja. Saat itu followersku belum menyentuh 10K di Instagram, footage video yang kugunakan adalah kegiatan sehari-hari dengan konten edukasi tentang proses membuat konten. Sering kali terjadi diskusi-diskusi menarik dan seru di kolom komentar, hingga tiba-tiba datang beberapa komentar s*xual harrashment di kolom komentar. Sebagai content creator perempuan di Indonesia sepertinya sering mengalami hal ini. Kebetulan di akunku dalam kurang dari 24 jam diserbu puluhan komentar, DM dan 200an followers yaitu akun-akun yang terindikasi melakukan hal itu. Ini membuat ku lumayan down selama 2 minggu. Dalam 2 hari aku menghapus manual 200an followers dan aku terpaksa mengarsipkan postingan yang menurutku pembahasannya sangat menarik. Ini salah satu cara untuk mengamankan algoritma akun, meski kadang mereka datang lagi, aku memutuskan untuk langsung menghapusnya daripada harus meladeninya.
Penghasilan sebagai kreator tidak menentu. Bagaimana kakak menghadapi ketidakpastian penghasilan ?

Diversifikasi sumber penghasilan. Aku tidak hanya mengandalkan satu produk atau layanan. Selain produk digital seperti e-book dan kelas, aku juga mengembangkan afiliasi, kolaborasi, dan layanan coaching. Ini membantu bisnis tetap stabil meskipun salah satu sumber penghasilan sedang menurun.
Aku rasa banyak ibu-ibu yang ingin terjun menjadi konten kreator, dan Kak Dwi juga sering memakai istilah ‘mom’. Sebagai ibu yang mengurus rumah pasti sibuk. Saya sering mendapatkan curhatan dari ibu-ibu kalo mereka kesulitan dalam membagi waktu. Apakah kakak punya solusi untuk ini?

Sebagai momcreator, diawal aku merasakan hal yang sama, seiring dengan pertumbuhan si kecil juga yang mulai tidak bisa diam. Diawal sangatlah susah, bekerja disaat anak tidur, mengorbankan waktu istirahat. Jadwal & timer sangatlah membantu. Saat jadwal anak untuk tidur, mulai buka laptop, saat menemani anak bermain mulai curi-curi waktu untuk sesekali buka handphone. Sejauh ini, waktu malam hari sangatlah efektif untuk momcreator. Sehingga di pagi/siang hari biasanya aku maksimalkan untuk sosialisasi dan mencatat ide.
Kakak memiliki latar belakang pendidikan ekonomi dan pernah meramaikan dunai perpolitikan. Apakah pengalaman tersebut memberikan kontribusi pada bisnis Kakak saat ini? Bagaimana Kakak memanfaatkan pengalaman itu?
Untuk latar belakang ekonomi terutama retail marketing tentunya masih sangat related dalam keseharian dalam bisnis digital, karena sebagian kegiatan bisnisku adalah berbicara mengenai “ngonten” dimana itu merupakan kegiatan marketing. Politik menurutku seni untuk bertahan, tentu kugunakan untuk build community untuk bertahan di ecosystem yang tepat.
Strategi apa saja yang Kakak gunakan untuk mengembangkan bisnis solopreneur kakak?
Bangun personal branding yang kuat, ini kulakukan dengan memperhatikan brand core dan brand atributes yang menggambarkan aku banget.
Menggunakan content system yang terorganisir, sehingga aku bisa alokasikan waktu untuk upgrade diri untuk meningkatkan kualitas dan maintanance produk.

dibuat oleh Kak Dwi sendiri.
Fokus pada hubungan pelanggan dengan menjaga komunikasi lewat DM, grup komunitas dan channel.
Alat atau platform apa yang paling sering Kakak gunakan dalam bisnis?
Platform sejauh ini Instagram dan Threads. Instagram untuk produksi konten produk, edukasi. Threads untuk update, upgrade dan berjejaring. Untuk tools mencatat sejauh ini lebih banyak dengan notion. Untuk kelas aku lebih suka menggunakan fitur-fitur google, seperti google class, google sheet dan google meet.
Apakah Kakak memiliki teknik khusus dalam membuat konten?
Untuk teknik khusus mungkin lebih ke system ngonten ya, aku tidak produksi konten setiap hari untuk Instagram. Seminggu 2 hari untuk produksi termasuk merekam footage, mempersiapkan editingnya. Editing 2-3 hari sekaligus caption. Untuk upload konten aku menggunakan fitur “konten terjadwal” langsung di Instagram. Bisa dikatakan aku tidak upload setiap hari juga. Sejauh ini, ini sangat mempermudah. Sehingga sisa waktu dalam seminggu bisa ku gunakan untuk mengumpulkan ide, bersosialisasi dan membuat karya/produk.
Sepertinya kakak lebih sering surplus konten ya? Atau pernah kah kakak mengalami kebuntuan mencari ide konten? Apa yang kakak lakukan?
Tentu pernah. Sejauh ini yang paling membantu adalah menuliskan ide dan membaca. Memang sedikit terkendala waktu, untuk itu aku memanfaatkan chatgpt juga untuk membantu brainstorming ide.
Bagaimana cara Kakak mendapatkan pelanggan/rupiah pertama?
Pelanggan pertama ku saat itu adalah seorang penjahit yang ingin memanfaatkan social media untuk personal branding dan menghasilkan. Setelah itu aku beranikan diri untuk membuat ebook dan menerima request untuk konsultasi.
Metode monetisasi apa yang paling disukai, dan mengapa?
Untuk saat ini produk digital berupa ebook dan kelas. Untuk ebook selain karena produksinya sekali dan maintenancenya tidak terlalu rumit, aku suka jika experienceku bisa membantu banyak orang. Untuk kelas, karena memang aku suka ngobrol dan saling bertukar pendapat jadi sangat enjoy melakukannya.
Mengenai produk digital, seperti apa proses kakak membangun produk digital?
Biasanya untuk ide produk itu datang dari masalah dan kebutuhan audiens atau niche. Kemudian ide tersebut aku validasi dan riset lewat komunitas kecilku dan lewat polling atau survey di Instagram. Selanjutnya aku mulai buat kerangka produk berupa poin-poin utama. Selanjutnya bisa membutuhkan waktu yang cukup lama untuk fokus dalam pembuatan produk. Rerata aku butuh 2 minggu sampai 1 bulan untuk fokus menulis atau memproduksi produk. Sesekali aku melibatkan audiens dalam pembuatan produk, dengan mengajak audiens ikut menyimak progressnya lewat konten-kontenku, polling dalam memilih desain cover dan survey harga. Saat produk sudah selesai, aku kemudian trial ke beberapa audiens atau teman untuk mendapatkan feedback. Feedback ini bisa jadi masukan untuk perbaikan sebelum launching. Biasanya ketika launching aku akan kemas dengan event, misalnya evant bedah buku, webinar, live Instagram. Ini ku lakukan agar audiens ikut merasakan vibes antusias. Sehingga ada beberapa feedback yang didapat dari event. Feedback audiens menjadi pembeli dan pembeli yang memberikan testimoni langsung saat event.
kebutuhan audience + niche = ide produk

Visualisasi dari Ide kak Dwi
Saya sering kali ditanya tentang bagaimana menghasilkan trafik. Saya bilang trafik ada dua: organik dan beriklan. Kalo kakak sendiri gimana?
Untuk saat ini masih full organik. Belum mulai beriklan, mungkin nanti akan coba.
Setelah kita bisa menghasilkan, tantangan selanjutnya bagaimana cara menskalakan bisnis agar profit meningkat. Apa kakak punya jurus tersendiri?
Sementara ini jurusku memang di content system, sebagai IRT untuk menjaga agar “tetap muncul” di social media tentu harus post, bersosialisasi sembari membuat karya atau produk. Langkah pertama tentu membuat produk yang updateable. Kemudian follow up, ini aku lakukan dengan membuat grup dan juga channel Telegram. Selanjutnya, bersosialisasi dan berkolaborasi dengan creator lain.
strategi + relasi + peluang = skala
Buatku, jurus menskalakan bisnis ini adalah kombinasi antara strategi yang terencana, hubungan yang baik dengan pelanggan, dan terus mencari peluang baru untuk berkembang.
Jika Kakak bisa kembali ke awal, apakah ada hal yang akan kakak lakukan secara berbeda?
Jika ada kesempatan untuk kembali ke awal, tentu saja aku ingin mengembalikan waktu 2 mingguku yang ku habiskan untuk down saat menerima komentar-komentar negatif yang salah alamat.
Saran apa yang ingin Kakak berikan kepada seseorang yang baru memulai perjalanan sebagai wirausaha?
Postingan pertamaku yang FYP di Instagram adalah post storytelling perjalananku mulai ngonten dengan hashtag #BeraniMemulai, aku juga membuat komunitas dengan nama yang sama. Jadi, mulailah postingan pertamamu, karena sudah pasti tidak sempurna. Lebih baik daripada tidak sama sekali.
Apa saja kesalahpahaman umum tentang memulai bisnis yang menurut Kakak perlu di luruskan?
Memiliki bisnis langsung sukses. Karena banyak sekali teman-teman yang cerita ketika ngobrol atau kelas yang langsung ingin punya banyak followers, banyak digit di rekening ketika sudah membuka suatu bisnis, terutama bisnis digital. Padahal, ini adalah long term game, this is marathon. Bukan hal yang langsung besar dalam semalam, tapi sesuatu yang bertahap. Kita tidak bisa menjual kelas mendapatkan 10 juta dalam 1 hari, jika belum melewati fase itu sendiri.
Waktu tidak memungkinkan semua terjadi sekaligus.
Apakah ada pola pikir atau pendekatan tertentu yang menurut Kakak penting untuk keberhasilan seorang solopreneur?
Menurutku pendekatan untuk keberhasilan seorang solopreneur adalah keberanian untuk memulai. Tidak semua ide akan berhasil, tapi kita tidak akan tahu hasilnya jika tidak mencoba. Bisnis seringkali tidak berjalan sesuai rencana, dan aku belajar untuk tidak terlalu kaku dengan strategi awal. Terus belajar untuk upgrade ilmu, tools baru sehingga lebih siap untuk menghadapi tantangan dan mengambil peluang baru. Fokus pada progress dari pada perfection.
Tidak semua ide akan berhasil, tapi kita tidak akan tahu hasilnya jika tidak mencoba. Fokus pada progress daripada perfection
Apakah kakak punya teknik berpikir kreatif yang sering kakak gunakan?
Brainstorming ide lewat jurnal, kemudian aku lebih suka menghubungkan ide-ide itu dengan emosi dan cerita.
Terakhir, harapan kakak di tahun 2025 dan bagaimana pandangan Kakak tentang ekosistem kreator di Indonesia saat ini?
Akan sangat berwarna, dan yang bertahan adalah creator dengan warna-warna yang authentic.
Buat para pembaca SolopreneurStory, jika merasa konten ini insighfull boleh dong dukung para kreator kita untuk terus berkarya dengan cara mensupport mereka.
Produk kak Dwi
Contact: